Orangyang sakit wajib shalat pada waktunya serta mengerjakan seluruh kewajiban yang mampu dilaku-kannya. Kalau ada kesulitan dalam mengerjakan setiap shalat pada waktunya, maka boleh menjama' antara Zhuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, baik jama' taqdim (memajukan Isya ke Mag-hrib), maupun jama' ta'khir (mengundurkan Zhuhur Ramaijugak orang walaupun dah lewat macamtu.. sampai-sampai memang terus pergi dekat tempat pampers je.. Sebab memang dah cakap nak pampers je! Jangan beli benda lain..Tengah-tengah duk survey tu, terlalu la jugak kedai jual sandle bunyi-bunyi.. Dalam taknak-taknak beli benda lain tu, sandle tu la yang dulu kitorang beli berbanding pampers Nurtak boleh berjalan sendiri melainkan orang lain papah. Dah mula pakai pampers ketika itu. Taknak guna tube untuk buang air kecil. Muka Nur pun dah senget sebelah (macam orang strok). Selera makan pun merosot. Tak susah pun. Ada cara dan kaedah untuk orang yang sakit solat. Zikir jangan tinggal. Nur akui, ada masa semangat kita drop Untukrawatan Chondrogen tahap dua dan tiga osteoarthritis lutut, pesakit diberikan suntikan sel stem berkenaan. Manakala tahap satu diberi ubat penahan sakit dan terapi, manakala tahap empat dinasihatkan menjalani pembedahan jika keadaan serius. Pesakit tahap empat. "Kami ada mencuba memberikan suntikan Chondrogen pada pesakit tahap empat Pesakitsaraf, stroke, saraf mata, parkinson & migrain, gout & sakit tulang "Saya sakit saraf sampai tahap pakai pampers, mandi semua suami kena bantu papah saya ke bilik air" Disclaimer: Hasil bergantung individu. nak solat tanpa sakit lutut? anda rasai sendiri kesan mujarab saraf emas! Makashalat orang yang sakit dalam keadaan demikian adalah mereka boleh mengerjakan shalatnya dengan cara dua belah kakinya diarahkan ke arah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas bantal dan mukanya diarahkan ke arah kiblat. Dengan ketentuan ketika ruku' dan sujudnya adalah sebagai berikut : 1. Cara mengerjakan ruku'nya adalah cukup Sehinggakami lebih tepat menyebut sebagai rumah sakit Islam di Pemalang. 2. Pengalaman di Siaga Medika | Layanan Cepat. Kami memiliki pengalaman membawa keluarga mengalami kecelakaan, jatuh dari atap, terjadi benturan kepala sangat keras. Kepala mengalami pendarahan melalui telinga kanan. DownloadShalat Orang Sakit old versions Android APK or update to Shalat Orang Sakit latest version. Review Shalat Orang Sakit release date, changelog and more. Sholattetap menjadi wajib meski seseorang sedang Monday,24 Ramadhan 1443 / 25 April 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar. Al-Quran Digital. Indeks. Networks retizen.id repjabar.co.id repjogja.co.id. Kanal News. Politik Hukum RidwanKamil Unggah Video Praktek Sholat Jenazah Anak SMA, Publik: Lama-lama Jadi Akun Dagelan deh Pak RK. Pakai Pampers untuk Dalaman Hijab. Model 34 tahun itu juga merasakan sakit dan sedih dengan komentar negatif orang-orang. Namun, mengetahui perasaan istrinya itu. lYmkB. ORANG yang sakit tidak sama dengan yang sehat. Semua harus berusaha melaksanakan kewajibannya menurut kemampuan masing-masing. Sehingga nampaklah keindahan syariโ€™at dan kemudahannya. Satu hal yang pasti, orang sakit pun tetap dikenai kewajiban shalat. Bagaimana tata cara shalat orang sakit? Sebelum mengetahui tata cara sholat, diantara hukum-hukumyang berhubungan dengan orang sakit dalam ibadah sholatnya adalah diperbolehkan baginya untuk men-jamaโ€™ menggabung antara shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya baik dengan jamaโ€™ taqdim atau taโ€™khir. Hal ini melihat kepada yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijamaโ€™ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas radhiallahu anhuma yang menyatakan BACA JUGA 2 Waktu Shalat Dhuha yang Terlarang, Perhatikan โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjamaโ€™ antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isyaโ€™ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata Aku bertanya kepada Ibnu Abas radhiallahu anhuma Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau radhiallahu anhuma menjawab Agar tidak menyusahkan umatnya,โ€ HR. Muslim no. 705 Tata cara sholat orang sakit Dan kemudahan itu adalah mengetahui tata cara shalat orang yang sakit sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan penjelasan para ulama. Foto Freepik 1-Tata cara sholat orang sakit Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya. 2-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu rukuโ€™ atau sujud tetap tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa rukuk maka menunduk untuk rukuk. Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya, Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin. 3-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan duduk. 4-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Foto Freepik Hal ini dilakukan dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrรขn bin al-Hushain โ€œShalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah,โ€ HR. Al-Bukhari. No. 1117. BACA JUGA 8 Hal yang Harus Dilakukan Saat Kita Sakit 5-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat. 6-Tata cara sholat orang sakit Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya tersebut. 7-Tata cara sholat orang sakit Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat. [] Hukum Menggendong Anak Yang Menggunakan Pampers Tatkala Shalat Menggendong anak yang menggunakan pampers tatkala shalat tidak keluar dari beberapa keadaan Pertama Diketahui bahwa anak ini dalam keadaan suci tidak buang air di pampers tatkala kita shalat. Maka sepakat para ulama bahwa tidak mengapa menggendongnya dan shalat tetap sah, hanya saja sebagian ulama memandang hukumnya makruh karena takut menyibukannya dalam shalat[1] Kedua Tidak diketahui, apakah dalam keadaan suci ataukah tidak. Maka ini hukum asalnya tidak mengapa menggendongnya karena asalnya tidak ada najis[2] Ketiga Diketahui bahwa sedang ada najis di dalam pampers anak tersebut. Dan najis tersebut tidak keluar mengenai baju orang yang shalat karena terhalangi oleh pampers. Najis di dalam pampers lebih tepat kita analogikan dengan najis yang diletakan di dalam botol. Permasalahan ini persis dengan hukum seseorang yang ingin pergi ke dokter sambil membawa sample air seninya di botol, lalu ia letakan di kantongnya. Maka apabila ia shalat sambil membawa botol tersebut yang tertutup rapat di kantung bajunya, apakah shalatnya sah atau tidak?. Maka ada dua pendapat di kalangan para ulama Pendapat pertama jumhur Ulama Tidak sah shalat orang yang membawa najis yang tidak mengenainya apabila najis tersebut bukan pada tempat asalnya. Apabila najis tersebut berada di tempat asalnya dalam hal bayi/manusia, asal tempat najisnya adalah di dalam perutnya, maka tetap sah shalatnya. Ini adalah madzhab mayoritas ulama dari kalangan Syafiโ€™i, Hanbali, Hanafi, dan Malikiyyah. [3] Contoh yang tidak berada di tempat asalnya najis yang diletakkan di dalam botol, lalu ia membawanya. Dalil-dalil Semua dalil yang dijadikan sandaran oleh ulama yang memilih pendapat ini adalah dalil-dalil yang memerintahkan untuk mensucikan pakaian dan lainnya. Seperti Firman Allah azza wa jalla ูˆูŽุซููŠูŽุงุจูŽูƒูŽ ููŽุทูŽู‡ู‘ูุฑู’ โ€œDan pakaianmu maka sucikanlahโ€. Hadits Asmaโ€™ binti Abu Bakr ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุตูŽุงุจูŽ ุฅูุญู’ุฏูŽุงูƒูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠู’ุถู ููŽู„ู’ุชูŽู‚ู’ุฑูุตู’ู‡ูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ู„ูุชูŽู†ู’ุถูŽุญู’ู‡ู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุงุกูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ู„ูุชูุตูŽู„ู‘ูยป โ€œApabila pakaian salah seorang dari kalian terkena darah, maka gosokkanlah kemudian percikkanlah dengan air, kemudian hendaklah ia shalat dengannyaโ€. [4] Hadits Ibnu Abbas ู…ูŽุฑู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจูู‚ูŽุจู’ุฑูŽูŠู’ู†ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽู‡ูู…ูŽุง ู„ูŽูŠูุนูŽุฐู‘ูŽุจูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูุนูŽุฐู‘ูŽุจูŽุงู†ู ูููŠ ูƒูŽุจููŠุฑูุŒ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ูŽุง ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุณู’ุชูŽุชูุฑู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุจูŽูˆู’ู„ูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุขุฎูŽุฑู ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุจูุงู„ู†ู‘ูŽู…ููŠู…ุฉ Suatu kali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda โ€œSungguh mereka berdua sedang diazab, mereka tidak diazab dengan dosa yang sangat besar, adapun yang salah satunya, dia tidak menjaga dirinya dari kencing, sedangkan yang satunya, dia diazab karena ia suka mengadu dombaโ€. [5] Najis yang ada pada benda tersebut botol atau pampers adalah najis yang diletakkan, maka ia menyerupai najis yang tampak di luar. [6] Orang yang membawa najis tersebut belum bisa dikatakan telah mensucikan dirinya dari najis secara total. Pendapat Kedua Pendapat sebagian ulama Syafiรญyah Shalatnya tetap sah, karena najisnya tidak mengenai baju orang yang sedang shalat, dan juga tidak mengenai tempat orang yang sedang shalat. Maka hukumnya sama dengan najis yang masih tertutup dalam perut manusia. Berkata As-Syirozi ูˆุฅู† ุญู…ู„ ู‚ุงุฑูˆุฑุฉ ููŠู‡ุง ู†ุฌุงุณุฉ ูˆู‚ุฏ ุดุฏ ุฑุฃุณู‡ุง ูููŠู‡ ูˆุฌู‡ุงู† ุฃุญุฏู‡ู…ุง ูŠุฌูˆุฒ โ€œJika seseorang membawa botol yang di dalamnya ada najis dan tertutup, maka di sana ada dua pendapat dari ulama Syafiโ€™iyyah, yang pertama adalah boleh shalatnya sahโ€. [7] Ibnu Qudamah berkata ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ูููŠู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŒ ู…ูŽุณู’ุฏููˆุฏูŽุฉู‹ุŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูุญู‘ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู. ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ู ู„ูŽุง ุชูŽูู’ุณูุฏู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ูุ› ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุฎู’ุฑูุฌู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุงุŒ ููŽู‡ููŠูŽ ูƒูŽุงู„ู’ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ู โ€œSeandainya seseorang membawa botol yang tertutup dan di dalamnya ada najis, maka tidak sah shalatnya. Menurut sebagian ulamaโ€™ Syafiโ€™iyyah tidak batal shalatnya, karena najis tersebut tidak keluar dan tidak mengenainya, sama seperti membawa hewan yang suciโ€. [8] Pendapat yang lebih kuat Jika seseorang mengetahui bahwasanya di pampers anaknya ada najis maka hendaknya ia tidak menggendong anak/bayi tersebut agar keluar dari perselisihan ulama, karena jumhur mayoritas ulama menyatakan shalatnya batal, karena dalam shalat diperintahkan untuk menjauhi najis. Akan tetapi jika ternyata dalam kondisi darurat anaknya menangis jika tidak digendong, maka tidak mengapa dan shalatnya tetap sah. Inilah yang difatwakan oleh Asy-Syaikh Abdul Muhsin az-Zaamil[9] dan asy-Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili[10] hafidzohumallahu. Hal ini dikuatkan dengan hadits Abu Qotadah al-Anshori, ia berkata ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุงู…ูู„ูŒ ุฃูู…ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุจูู†ู’ุชูŽ ุฒูŽูŠู’ู†ูŽุจูŽ ุจูู†ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ูˆูŽู„ูุฃูŽุจููŠ ุงู„ุนูŽุงุตู ุจู’ู†ู ุฑูŽุจููŠุนูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุดูŽู…ู’ุณู ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุญูŽู…ูŽู„ูŽู‡ูŽุงยป โ€œRasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari pernikahannya dengan Abul Ash bin Abdi Syams, apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sujud, maka beliau meletakkan Umamah, dan apabila beliau bangkit, beliau menggendongnya kembaliโ€. [11] Dan anak-anak atau bayi secara umum tidak aman untuk terbebaskan dari najis. Namun Nabi tidak mengecek terlebih dahulu dan tidak mengecek setelah shalat apakah keluar najis ketika sedang shalat atau tidak. Wallahu aโ€™lam. Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Imam Nawawi mengatakan ููŽุฅูุฐูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ู‹ุง ุทูŽุงู‡ูุฑู‹ุง ู„ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุธูŽุงู‡ูุฑูู‡ู ูููŠ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุตูŽุญู‘ูŽุชู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุจูู„ูŽุง ุฎูู„ูŽุงูู โ€œApabila seseorang membawa hewan yang suci di dalam shalat dan tidak ada najis di bagian luar hewan tersebut, maka shalatnya sah tanpa ada perselisihanโ€. Al-Majmuโ€™ Syarh Al Muhadzzab, Annawawi, 3/150 Maka begitu juga dengan membawa anak kecil yang suci dan tidak ada najis di bagian luarnya. Berkata imam Al Kasani ููŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ุตู‘ูŽุจููŠู‘ู ุจูุฏููˆู†ู ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุถูŽุงุนู ููŽู„ูŽุง ูŠููˆุฌูุจู ููŽุณูŽุงุฏูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูโ€ฆูˆูŽู…ูุซู’ู„ู ู‡ูŽุฐูŽุง ูููŠ ุฒูŽู…ูŽุงู†ูู†ูŽุง ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ู„ูŽุง ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ู„ููˆูŽุงุญูุฏู ู…ูู†ู‘ูŽุง ู„ูŽูˆู’ ููŽุนูŽู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุฉู ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูุฏููˆู†ู ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุฉู ููŽู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ูŒ. โ€œAdapun membawa anak kecil dan tidak sambil menyusuinya, maka tidak menyebabkan shalat tersebut batal โ€ฆ dan yang demikian itu di zaman sekarang juga tidak dibenci jika ada seseorang yang melakukannya karena kebutuhan, adapun jika tidak ada kebutuhan, maka yang demikian itu makruhโ€. Badaiโ€™ Shanaiโ€™, Al Kasani, 1/241-242 Berkata Imam Abdurrahman Ibnu Qudamah Al Maqdisi ูุฅู† ุญู…ู„ ุญูŠูˆุงู†ุงู‹ ุทุงู‡ุฑุงู‹ ุฃูˆ ุตุจูŠุงู‹ ู„ู… ุชุจุทู„ ุตู„ุงุชู‡ โ€œSeandainya ia membawa hewan yang suci atau anak kecil, maka tidak batal shalatnyaโ€. As-Syarh Al Kabir, Abdurrahman Ibnu Qudamah, 1/475 Berkata Imam Burhanuuddin Mahmud Al Bukhari -madzhab Hanafi- ูˆูƒุฐุง ูŠูƒุฑู‡ ุญู…ู„ ุงู„ุตุจูŠ ููŠ ุญุงู„ุฉ ุงู„ุตู„ุงุฉุ› ู„ุฃู†ู‡ ูŠุดุบู„ู‡ ุนู† ุงู„ุตู„ุงุฉุŒ โ€œdan begitu juga dibenci makruh untuk membawa anak kecil tatkala shalat, karena ia akan mengganggu shalatnyaโ€. Al Muhith Al Burhani, Burhanuddin Mahmud bin Ahmad Al Bukhari, 1/379 [2] Masalah ini terbagi menjadi dua kondisi Kondisi Pertama Jika tidak diketahui kapan najis itu ada, apakah di tengah-tengah shalat ataukah setelah shalat, maka shalatnya sah. Alasannya karena tidak diketahui kapan najis itu ada dan pada asalnya shalat yang ia lakukan sah dan najisnya dianggap ada setelah shalat, kemudian keraguan tidak bisa dijadikan sandaran untuk mengatakan shalatnya tidak sah. Berkata As-Syirozi ุฅุฐูŽุง ููŽุฑูŽุบูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุซูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุฃูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽูˆู’ุจูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุจูŽุฏูŽู†ูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽูˆู’ุถูุนู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู‹ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู…ูŽุนู’ูููˆู‘ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ู†ูุธูุฑูŽุชู’ ููŽุฅูู†ู’ ุฌูŽูˆู‘ูŽุฒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽูƒููˆู†ูŽ ุญูŽุฏูŽุซูŽุชู’ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ููŽุฑูŽุงุบู ู…ูู†ู’ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู„ู’ุฒูŽู…ู’ู‡ู ุงู„ู’ุฅูุนูŽุงุฏูŽุฉู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูƒูู†ู’ ูููŠ ุญูŽุงู„ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ููŽู„ูŽุง ุชูŽุฌูุจู ุงู„ู’ุฅูุนูŽุงุฏูŽุฉู ุจูุงู„ุดู‘ูŽูƒู‘ู โ€œJika seseorang selesai dari shalat, kemudian ia melihat pada pakaian, badannya atau tempat shalatnya ada najis yang tidak bisa dimaafkan, maka dilihat terlebih dahulu, jika ada kemungkinan najis itu ada setelah shalat, maka shalatnya sah dan tidak perlu mengulang, karena pada dasarnya najis itu ada bukan saat shalat, sehingga ia tidak wajib untuk mengulang hanya disebabkan ragu-raguโ€. Al-Muhadzzab, Assyirozi, 1/121 Berkata Al-Mardawi ูˆูŽู…ูŽุชูŽู‰ ูˆูŽุฌูŽุฏูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉู‹ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู‡ูŽู„ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูุŒ ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุง ููŽุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุตูŽุญููŠุญูŽุฉูŒ โ€œKapanpun orang tersebut mendapati sesuatu yang najis, tetapi dia tidak bisa mengetahui, apakah najis itu ada di dalam shalat ataukah tidak, maka shalatnya sahโ€. Al-Inshof, Al Mardawi, 1/485 Dengan kata lain, asalnya seseorang yang memulai shalat dengan keadaan suci, dengan sepengetahuan dia, maka ia tetap dalam keadaan suci, kecuali jika ia yakin ada sesuatu yang merusak kesucian tersebut. Dalil akan hal ini bahwasanya Nabi shalat dalam kondisi menggendong cucu beliau Umaamah bintu Zainab. Abu Qotadah al-Anshoori berkata ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุงู…ูู„ูŒ ุฃูู…ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุจูู†ู’ุชูŽ ุฒูŽูŠู’ู†ูŽุจูŽ ุจูู†ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ูˆูŽู„ูุฃูŽุจููŠ ุงู„ุนูŽุงุตู ุจู’ู†ู ุฑูŽุจููŠุนูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุดูŽู…ู’ุณู ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุญูŽู…ูŽู„ูŽู‡ูŽุง โ€œBahwa Rasulullah shallallahu รกlaihi wasallam shalat sambil menggendong Umaamah putri Zainab binti Rasulullah shallallahu รกlaih waslalam dan Abul รash bin Robiรกh bin Abdi Syams. Jika Nabi sujud maka Nabi meletakannya, dan jika Nabi berdiri maka menggendongnyaโ€ HR Al-Bukhari no 516 dan Muslim no 543 Dan tentu Nabi tidak mengetahui apakah Umaamah sedang mengeluarkan najis atau tidak. Kondisi Kedua Jika najis tersebut tidak mungkin ada kecuali saat shalat, tetapi dia tidak mengetahuinya kecuali setelah shalat, maka ulama berselisih menjadi dua pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalatnya batal Ini adalah qoul jadid dari Imam Syafiโ€™i dan riwayat kedua dari Imam Ahmad. Al-Mawardi mengatakan bahwa ini adalah pendapat yang muโ€™tamad. Lihat Al Mughni, Ibnu Qudamah, 2/49-50. Alasan mereka adalah karena termasuk syarat sah shalat adalah suci dari hadats dan najis dan tidak ada maaf sekalipun jika ia lupa. Akan tetapi yang benar shalatnya tetap sah. Ini adalah pendapat kebanyakan ulama belakangan dalam madzhab Hanbali dan qoul qodim dari Imam Syafiโ€™.Lihat Al Muhadzzab 1/121 dan Al Inshof 1/486 Dalil mereka adalah riwayat ุจูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุจูุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุฅูุฐู’ ุฎูŽู„ูŽุนูŽ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูู…ูŽุง ุนูŽู†ู’ ูŠูŽุณูŽุงุฑูู‡ูุŒ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูˆู’ุง ู†ูุนูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ุŒ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู‚ูŽุถูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูŽู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ูŽูƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅูู„ู’ู‚ูŽุงุกู ู†ูุนูŽุงู„ููƒูู…ู’ยปุŒ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูŠู’ุชูŽ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ููŽุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู†ูุนูŽุงู„ูŽู†ูŽุงุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ โ€ ุฅูู†ู‘ูŽ ุฌูุจู’ุฑููŠู„ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠ ููŽุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ููŠ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ูููŠู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุฐูŽุฑู‹ุง โ€“ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุฐู‹ู‰ โ€“ โ€œ โ€œPernah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau melepas sandal dan meletakkannya di sebelah kiri, tatkala para sahabat melihat perbuatan beliau, mereka pun ikut melepas sandal-sandal mereka. Selesai shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya โ€œApa yang menyebabkan kalian melepas sandal-sandal kalian?โ€ para sahabat menjawab โ€œKami melihat engkau melepas sandal, maka kami pun ikut melepas sandalโ€ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan โ€œTadi Jibril datang dan mengabarkan padaku bahwa ada najis di sandalkuโ€โ€. HR. Abu Dawud No. 650 Segi pendalilan Shalat adalah ibadah yang tidak terpisah-pisah, jika tidak sah pada awalnya, maka tidak sah juga akhirnya. Sekiranya itu membatalkan, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan mengulang shalat dari awal lagi, dan tentunya tidak ada beda, apakah beliau tahu di tengah-tengah shalat atau setelah shalat. Dan Allah azza wa jalla telah memaafkan hamba-hambanya karena lupa, tidak tahu dan terpaksa. Maka jika ia shalat dengan membawa najis karena tidak tahu, shalatnya tetap sah.Lihat Al Muhadzzab 1/121 dan Al Inshof 1/486 [3] Berkata Ibnu Abidin -madzhab Hanafi- ู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ู…ูŽุถู’ู…ููˆู…ูŽุฉู‹ ูููŠู‡ูŽุง ุจูŽูˆู’ู„ูŒ ููŽู„ูŽุง ุชูŽุฌููˆุฒู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽุนู’ุฏูู†ูู‡ู โ€œSeandainya ia membawa botol yang berisi air kencing, maka shalatnya tidak sah, karena kencing tersebut bukan pada tempat asalnyaโ€. Hasyiyah Ibnu Abidin, 1/403 Berkata Nawawi -madzhab Syafiโ€™i- ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ู…ูุตูŽู…ู‘ูŽู…ูŽุฉูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฃู’ุณู ุจูุฑูŽุตูŽุงุตู ุฃูŽูˆู’ ู†ูŽุญู’ูˆูู‡ูุŒ ูˆูŽูููŠู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŒุŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูุญู‘ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽุญููŠุญู. โ€œSeandainya seseorang membawa botol tertutup dengan sesuatu, di dalamnya terdapat sesuatu yang najis, maka tidak sah shalatnya menurut pendapat yang muโ€™tamad dalam madzhabโ€. Raudhoh Thalibin, Nawawi, 1/279 Berkata Al Mawardi -madzhab Hanbali- ู„ูŽูˆู’ ุญูŽู…ูŽู„ูŽ ู‚ูŽุงุฑููˆุฑูŽุฉู‹ ูููŠู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูŽุงุณูŽุฉูŒ ุฃูŽูˆู’ ุขุฌูุฑู‘ูŽุฉู‹ ุจูŽุงุทูู†ูู‡ูŽุง ู†ูŽุฌูุณูŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูุญู‘ูŽ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู. โ€œSeandainya seseorang membawa botol, di dalamnya terdapat sesuatu yang najis atau gumpalan tanah yang di bagian dalamnya ada najis, maka tidak sah shalatnyaโ€. Al-Inshaf, Al Mawardi, 1/488 Berkata Kholil bin Ishaq -madzhab Maliki- ูˆุฃูˆู„ู‰ ู…ู† ุชุนู„ู‚ู‡ ุญู…ู„ู‡ ุฃูˆ ุฑูƒูˆุจ ุงู„ุตุจูŠ ุนู„ูŠู‡ ูˆุบู„ุจ ุนู„ู‰ ุธู†ู‡ ู†ุฌุงุณุฉ ุซูŠุงุจู‡ ูุชุจุทู„ ูˆุฅู† ู„ู… ูŠู…ุงุณ ุงู„ู†ุฌุงุณุฉ ูƒุญู…ู„ู‡ ู†ุนู„ู‡ ุงู„ู…ุชู†ุฌุณ โ€œLebih parah lagi apabila anak tersebut menempel padanya, dengan menggendongnya, atau anak itu menaikinya, sedangkan prasangka kuat baju anak itu najis menurut, maka shalatnya batal, meskipun najis tersebut tidak mengenainya, sama seperti orang yang membawa sandalnya yang terkena najisโ€. Syarh Azzurqoni Ala Mukhtashor Al kholil, 1/71 [4] HR. Abu Dawud 361, Nasaโ€™i 138. [5] HR. Bukhari 218, Muslim 292. [6] Al Hawi Al Kabir, Al Mawardi, 2/265 [7] Al Muhadzzab, Assyirozi, 1/119 [8] Al Mughni, Ibnu Qudamah, 2/51 [9] Lihat [10] Lihat [11] HR. Bukhari No. 526, dan Muslim No. 543. Ilustrasi Cara Salat Orang Sakit dan Tidak Bisa Lepas dari Pampers. Foto Shutterstock JAKARTA โ€“ Setiap muslim diberikan kewajiban untuk melaksanakan salat selagi hayat masih di kandung badan. Selama napas masih berjalan, kewajiban salat mesti ditunaikan. Namun, tata cara pelaksanaan salat mengikuti keadaan dan kondisi orang yang mengerjakannya. Bagi pasien yang menggunakan pampers hendaklah menggantinya setiap kali akan melaksanakan salat jikalau pampersnya bernajis. Pelaksanaan salat ketika sakit memang memerlukan usaha yang lebih. Salat bagi pasien ataupun yang sakit parah, sehingga menggunakan pampers, dibolehkan untuk menjamaโ€™ salatnya. Sehingga, penggunaan dan penggantian pampers dalam satu hari cukup hanya dua kali saja, tidak mesti sampai lima kali. Bagaimana cara melakukannya? Contoh, setelah penggantian pampers pertama dilakukan, pasien melaksanakan salat Zuhur dan Asar yang dilakukan dengan jamak takhir. Salatnya dilaksanakan di akhir waktu Ashar menjelang Magrib. Memudian, setelah salat Zuhur dan Asar, ia dapat langsung melaksanakan salat Magrib dan Isya dengan cara jamak takdim. Itu cara salat dan penggantian pampers pertama. Penggantian pampers yang kedua dilakukan ketika waktu Subuh. Jadi, cara seperti ini memudahkan orang yang sakit agar tidak mengganti pampers berulang-ulang. Cukup hanya dua kali. Kemudian, mengenai tanggung jawab merawat yang sakit merupakan tanggung jawab keluarga atau yang ditugaskan. Maka, siapa yang mendapat jatah menjaga, hendaklah memerhatikan dan selalu mengingatkan dengan lemah lembut setiap tiba waktunya salat. Jikalau masih beralasan dan sebagainya, hendaklah didoakan dan terus diberikan kebaikan dan nasihat yang baik kepada yang sakit. Oleh Ustaz Fauzan Akbar Daulay